Sinetron adalah
sebuah tayangan televise yang biasanya bercerita tentang kehidupan sehari-hari
yang penuh dengan konflik dan sering dibumbui dengan adegan romantis dan
sikap-sikap kasar seperti mengejek secara verbal, melakukan penindasan serta
intimidasi antar pemain. Sikap seperti ini tergolong sebagai aksi bullying.
Namun pada umumnya, tayangan seperti inilah yang laris manis dikonsumsi oleh
sebagian besar remaja. Sehingga tidak heran banyak stasiun televisi
berlomba-lomba untuk menampilkan tayangan semacam ini demi pencapaian rating
yang tinggi walaupun banyak mencontohkan aksi bullying.
Yang menjadi
perhatian khusus penulis di sini adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh
penayangan sinetron terhadap perilaku yang dilakukan remaja. Penyajian cerita
dari sinetron juga dilakukan berseri dalam beberapa episode sehingga bisa
dinikmati dalam kurun waktu tertentu secara berkelanjutan. Ditambah lagi dengan
memberikan cerita yang dapat menciptakan rasa penasaran penonton tiap akhir
episode menjadi salah satu alasan mengapa sinetron selalu menjadi tayangan yang
wajib untuk disaksikan. Jam tayang pun diatur pada waktu-waktu yang potensial
bagi remaja untuk menghabiskan waktu luangnya dengan menonton sinetron, yaitu pada
kisaran pukul tujuh malam sampai dengan pukul sepuluh malam. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Marisa Martina (2007) bahwa 85,9% remaja menonton pada
malam hari (pukul 18.00 s.d 22.00), sisanya 7% dari total responden menonton
televisi pada malam hari di atas pukul 22.00 dan 5,6% menonton televisi pada
siang hari. Tanpa disadari, intensitas para remaja dalam menonton sinteron
sangat berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan psikologi mereka.
Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari
anak-anak menuju dewasa. Sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu
bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil.
Ekspos sinetron terhadap aksi bullying inilah yang sering menginspirasi remaja
untuk mencobanya dalam dunia nyata. Tidak heran bila kita menemukan remaja yang
mengucapkan kata-kata bullying atau bahkan melakukan aksi bullying di
lingkungan mereka. Sehingga bisa mengakibatkan kesehatan
fisik terganggu, terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja
tidak masuk sekolah, timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying,
seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri,
dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder)
bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet
tangannya sendir, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan social,rusaknya
nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya, dan lain sebagainya.
Terlihat anak remaja pada zaman sekarang bila mereka telah
lulus dari sekolah dasar (SD) mereka mulai enggan untuk pergi ke pengajian,
sehingga para remaja kurang memiliki pengetahuan ilmu tentang moral dan
agamanya, dan itulah salah saatu penyebab kenapa para remaja zaman sekarang
perilakunya mengalami penyimpangan.Maka dengan demikian pendidikan moral dan
agama seorang anak harus selalu diawasi dengan baik, agar perilaku mereka dapat
ter arahkan menjadi lebih baik sesuai dengan yang agama perintahkan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.pewarta-indonesia.com/kolom-pewarta/karya-ilmiah-unj/13812-pengaruh-intensitas-menonton-sinetron-terhadap-perilaku-bullying-di-kalangan-remaja.html