Iklan

Kamis, 18 September 2014

Hadits maudhu'

A.    Pengertian hadits maudhu’
HADITS secara bahasa berarti  الجديد, yaitu sesuatu yang baru, selain itu hadits pun berarti الخبر , berita. Yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang kepada orang yang lain. Sedangkan  موضع  merupakan derivasi dari kata
 وضعا  وضع – يضع –    yang secara bahasa berarti menyimpan, mengada-ngada atau membuat-buat.
Adapun pengertian hadits maudhu’ (hadits palsu) secara istilah ialah:

ما نسب الى رسول الله صلى الله عليه و السلام إختلافا و كذبا ممّا لم يقله أويقره
“ Apa-apa yang disandarkan kepada Rasulullah secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan dan memperbuatnya.”

Menurut Dr. Mahmud Thahan didalam kitabnya mengatakan:

اذا كان سبب الطعن فى الروى هو الكذ ب على رسول الله فحد يثه يسمى الموضع

“Apabila sebab keadaan cacatnya rowi dia berdusta terhadap Rasulullah, maka haditsnya dinamakan maudhu’.”


  Sedangkan pengertian hadist maudhu’ menurut istilah ahli hadist adalah :

مَا نُسِبَ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . اِخْتِلاَقًا وَكَذَبًا مَمَّالَمْ يَقُلْهُ أَوْيُقِرْهُ . وَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ اَلمْخُتَلَقُ اْلمَصْنُوْعُ .
Artinya :
“Hadist yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan dan tidak memperbuatnya. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis maudhu’ ialah hadis yang dibuat-buat

B.     Sejarah perkembangan Hadits maudhu’
Para ahli berbeda pendapat dalam menentukan kapan mulai terjadinya pemalsuan hadits. Diantara pendapat-pendapat yang ada sebagai berikut:
a.       Menurut Ahmad Amin, bahwa hadits palsu terjadi sejak jaman Rasulullah Saw, beliau beralasan dengan sebuah hadits yang matannyaمن كذب عليّ متعمّدا فليتبوّأ مقعده من النّار . Menurutnya hadits tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman Rasulullah Saw. telah terjadi pemalsuan hadits. Akan tetapi pendapat ini kurang disetujui oleh H.Mudatsir didalam bukunya Ilmu Hadits, dengan alasan Ahmad Amin tidak mempunyai alasan secara histories, selain itu pemalsuan hadits dijaman Rasulullah Saw. tidak tercantum didalam kitab-kitab standar yang berkaitan dengan Asbabul Wurud. Dan data menunjukan sepanjang masa Rasulullah Saw. tidak pernah ada seorang sahabatpun yang sengaja berbuat dusta kepadanya.
b.      Menurut jumhur muhadditsin, bahwa hadits telah mengalami pemalsuan sejak jaman khalifah Ali bin Abi Thalib. Sebelum terjadi pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan.


Namun Berdasarkan data sejarah, pemalsuan hadist tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non Islam. Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadist palsu, antara lain adalah :

1)      Pertentangan Politik
Perpecahan umat Islam akibat pertanyaan politik yang terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib sangat besar berpengaruh terhadap pemunculan hadist-hadist palsu.Masing - masing golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu, salah satunya adalah membuat hadist palsu. Akibat perpecahan politik ini, golongan syi’ah membuat hadist palsu. Golongan inilah yang pertama-tama membuat hadist palsu. Ibnu Al-Mubarak mengatakan :
الدِّيْنُ لأَِهْلِ اْلحَدِيْثِ وَاْلكَلاَمُ وَاْلخَيْلُ لأَِهْلِ الرَّأْيِ وَاْلكَذِبُ لِلرَّا فِضَةِ .
Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada salah seorang tokoh Rafidah berkata, “Sekiranya kami pandang baik, segera kami jadikan hadist.” Imam Safi’i juga pernah berkata, “Saya tidak melihat pemuas hawa nafsu yang melebihi sekte Rafidah dalam membuat hadis palsu.”
2)      Usaha Kaum Zindiq
Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai agama atau pun sebagai dasar pemerintahan. Mereka merasa tidak mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan Al-Qur’an, sehingga menggunakan cara yang paling tepat dan memungkinkan, yaitu melakukan pemalsuan hadist, dengan tujuan menghancurkan agama Islam dari dalam. Ketika Abdul Al-Karim ibnu Auja hendak dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman bin Ali, ia mengatakan, “Demi Allah saya telah membuat hadist palsu sebanyak 4.000 hadist.” Hammad bin Zaid mengatakan, “Hadist yang dibuat kaum Zindiq ini berjumlah 12.000 hadist.” Contoh hadist yang dibuat oleh golongan zindiqah antara lain :
اَلنَّظْرُ اِلَى اْلوَجْهِ اْلجَمِيْلِ صَدَقَةٌ 
3)      Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri, dan Pimpinan
Salah satu tujuan membuat hadist palsu adalah adanya sifat ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan sebagainya. Golongan Ash-Syu’ubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi mengatakan, “Apabila Allah murka, Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab dan apabila senang, Dia menurunkan dalam bahasa Persi.”Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap bahasa mengatakan, “Apabila Allah murka, Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Persi dan apabila senang, Dia menurunkannya dengan bahasa Arab.”

4)      Mempengaruhi Kaum Awam dengan Kisah dan Nasihat
Kelompok yang melakukan pemalsuan hadist ini bertujuan untuk memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya. Hadist yang mereka katakan terlalu berlebih-lebihan. Sebagai contoh dapat dilihat pada hadist :
مَنْ قَالَ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ كُلِّ كَلِمَةٍ طَائِرًا مَنْقَارُهُ مِنْ ذَهَبٍ وَرِيْشُهُ مِنْ مَرْجَانٍ.

5)      Perselisihan dalam Fiqih dan Ilmu Kalam
Munculnya hadist-hadist palsu dalam masalah-masalah fiqih dan ilmu kalam ini berasal dari para pengikut Madzhab. Mereka melakukan pemalsuan hadist karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-masing.
Contohnya adalah :
    a. “Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka shalatnya tidak sah.”
    b. “Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka’bah, ia (Jibril) membaca basmalah dengan
        nyaring”
    c.”Siapa yang mengatakan Al-Qur’an makhluk, niscaya ia telah kufur kepada Allah.”
6)      Membangkitkan Gairah Beribadah, Tanpa Mengerti apa yang dilakukan
Banyak di antara ulama yang membuat hadist palsu dengan asumsi bahwa usahanya itu merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah dan menjunjung tinggi agama-Nya. Mereka mengatakan, “Kami berdosa semata-mata untuk menjunjung tinggi nama Rasulullah dan bukan sebaliknya.” Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadist berkenaan dengan fadhilah membaca surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an.
 Ghulam Al-Khalil (dikenal ahli Zuhud) membuat hadist tentang keutamaan wirid dengan maksud memperhalus qalbu manusia. Dalam kitabTafsir Ats-Tsalabi, Zamakhsyari, dan Baidawi terdapat banyak hadist palsu, begitu juga dalam kitab Ihya Ulum Ad-Din.

7)      Menjilat Penguasa
Giyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab hadist sebagai pemalsu hadist tentang “Perlombaan”. Matan asli sabda Rasulullah SAW berbunyi :
لاَ سَبَقَ اِلاَّ فِى نَصْلٍ أَوْ خُفٍ                  
Kemudian Giyas menambah kata  dalam akhir hadist agar diberi hadiah atau mendapat simpatik dari khalifah Al-Mahdi. Setelah mendengar hadiah tersebut, Al-Mahdi memberikan hadiah sepuluh ribu dirham, namun ketika Giyas hendak pergi, Al-Mahdi menegur, seraya berkata, “Aku yakin itu sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah SAW”. Menyadari hal itu, khalifah memerintahkan untuk menyembelih merpatinya.

C.    Ciri – ciri hadits maudhu’
1.      Ciri-Ciri Pada Sanad.
a)      Berdasarkan Pengakuan dari Orang Yang Memalsukan Hadits.
Terdapat beberapa nama pemalsu Hadis yang mengakui perbuatannya, di antaranya adalah Abu Isma Nuh ibnu Abi Maryam tentang keutamaan surat-surat Alquran al-Karim. Abu Karim al-Auza’ yang memalsukan Hadis halal-haram. Begitu juga dengan Abu Yazis yang mengaku telah memalsukan Hadis dan menyatakan bertobat dan minta ampun.
b)      Tanda-tanda Yang Bermakna Pengakuan.
Misalnya seorang rawi yang mengaku menerima Hadis dari seorang guru padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia mengatakan menerima Hadis dari seorang guru, padahal guru tersebut telah meninggal dunia sebelum ia lahir, seperti Ma’mun Ibnu Ahmad al-Saramiy yang mengatakan kepada Ibnu Hibban bahwa ia pernah mendengar Hadis dari Hisyam dan Hammar, Ibnu Hibbanpun bertanya kapan ia ke Syam,yang dijawab oleh Ma’mun Ibnu Ahmad al-Sarami bahwa ia ke Syam pada tahun 250 H. , padahal Hisyam meninggal dunia pada tahun 254 H.
c)      Adanya Bukti Pada Hal-ihwal Perawi.
Seperti yang disandarkan kepada Al-Hakim dari Saif bin Umar Al-Tamimi, aku di sisi sa'ad bin tharif, ketika anaknya pulang dari sekolah dalam keadaan menangis, lalu ia bertanya: "Mengapa engkau menangis"? anaknya menjawab: " Aku dipukuli guruku" lantas Sa'ad berkata: "sungguh saya bikin hina mereka sekarang" memberitakan kepadaku ikrimah dari ibnu Abbas secara marfu'
معلموا صبيانكم شراركم أقلهم لليتيم وأغلظهم على المساكين
“Guru-guru anak kecilmu adalah orang yang paling jelek di antara kamu. Mereka paling sedikit sayangnya terhadap anak yatim dan yang paling kasar terhadap orang-orang miskin”
d)     Perawi yang dikenal sebagai pendusta meriwayatkan suatu hadits seorang diri, dan tidak ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum palsu. Para kritikus terkemuka telah mengungkapkan, mereka yang melakukan pemalsuan hadits, sehingga tak seorangpun dari meraka yang luput dari keritikan para ulama.




2.      Ciri-Ciri Pada Matan.
Menelusuri pemalsuan Hadis secara akurat melalui matannya dapat dilakukan dengan menganalisa matan tersebut. Unsur-unsur yang sering terdapat pada matan Hadis maudhu’ adalah:
1)        Lemah Susunan Lafal dan Maknya
Salah satu tanda ke-mawdhu'an suatu hadits adalah lemah dari segi bahasa dan maknanya. Secara logis tidak dibenarkan ungkapan itu dating dari Rasul. Banyak hadits-hadits panjang yang lemah susunan bahasa dan maknanya. Seorang yang memiliki keahlian bahasa dan sastra memiliki ketajaman dalam memahami hadits dari Nabi atau bukan dari Nabi yang biasa disebut dengan hadits maudhu'. Ar-Rabi' bin Khats' berkata
إن للحديث ضوءا كضوء النهار نعرفه وظلمة كظلمة الليل ننكره
Sesungguhnya hadits itu bercahaya seperti cahaya siang kami mengenalnya dan memiliki kegelapan bagaikan gelap malam kami menolaknya.
2)        Rusaknya Makna
Maksud rusaknya makna karena bertentangan dengan rasio yang sehat, menyalahi kaedah kesehatan, mendorong pada pelampiasan biologis dan lain-lain yang tidak bisa ditakwilkan. Misalnya sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Al-Jauzai dari jalan Thariq Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kakeknya secara marfu':
إن سفينة نوح طافت بالبيت سبعا و صلت عند المقام ركعتين
Bahwasanya perahu Nabi Nuh bertawaf di bait (ka'bah) tujuh kali dan sholat di maqam Ibrahim dua rakaat
Hadits ini maudhu' karena irrasional, tidak mungkin secara akal perahu melakukan berputar-putar (thawaf) mengelilingi ka'bah 7 kali seperti orang yang sedang melakukan thawaf haji, demikian juga melakukan shalat di maqam Ibrahim.
3)        Bertentangan Dengan Al-Qur'an Atau Hadits
Salah satu tanda hadits maudhu' adalah menyalahi Alqur'an atau hadits dan tidak mungkin ditakwilkan, adapun contoh hadits palsu yang bertentangan dengan Alqur'an misalanya:
ولد الزنا لا يدخل الجنة إلى سبعة أبناء
“Anak zina tidak bisa masuk surga sampai tujuh keturunan”
Hadits di atas bertentangan dengan firman Allah swt yang berbunyi:
ولا تزر وازرة وزر أخرى
Adapun hadits palsu yang bertentangan dengan hadits misanya:
إذا حدثتم عنى بحديث يوافق الحق فخذوابه حدثت أو لم أحدث
Hadits di atas jelas kepalsuannya, karena bertentangan dengan hadits yang disabdakan Nabi:
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
Barang siapa yang mendustakanku dengan sengaja, maka hendaklah bersiap-siap karena tempat tinggalnya di dalam neraka.
4)        Bertentangan Dengan Realita Sejarah
Misalnya hadits yang menjelaskan bahwa Nabi memungut jizyah (pajak) pada penduduk khaibar dengan disaksikan oleh Sa'ad bin Mu'adz padahal Sa'ad telah meninggal pada masa perang khandaq sebelum kejadian tersebut. Jizyah disyari'atkan setelah perang Tabuk pada Nashrani Najran  dan Yahudi Yaman.
5)        Mengandung Pahala Yang Besar Bagi Amal Yang Kecil
Biasanya motif pemalsuan hadits ini disampaikan para tukang kisah yang ingin menarik perhatian para pendengarnya atau agar menarik pendengar untuk melakukan perbuatan amal sholeh.
Tetapi terlalu tinggi dalam membesarkan suatu amal kecil dengan pahala yang berlebihan, misalnya:
من صلى الضحى كذا و كذا ركعة أعطي ثواب سبعين نبيا
Barang siapa yang shalat dhuha sekian raka'at diberi pahala 70 Nabi




KESIMPULAN


Hadits maudhu adalah segala sesuatu yang tidak pernah keluar dari Nabi SAW baik dalam bentuk perkataan ,perbuatan atau taqrir, tetapi disandarkan kepada beliau secara sengaja ataupun tidak sengaja.
Sebagian ulama mendefinisikan Hadits maudhu’ adalah “hadits yang di cipta dan di buat oleh seseorang (pendusta) yang  ciptaannya itu dikatakan sebagai kata-kata atau perilaku Rasullulah SAW, baik hal tersebut di sengaja maupun tidak”.
Mereka membuat hadits palsu karena di dorong oleh sikap egois dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, atau yang lain.



DAFTAR PUSTAKA

http://makalah07.blogspot.com/2012/09/hadits-maudhu.html





1 komentar:

Teguh Fadillah mengatakan...

Semoga bermanfaat .. :)

Cari Blog Ini

KATA - KATA MUTIARA

 Kata - Kata Mutiara Kata - Kata Mutiara adalah kumpulan kata - kata untuk  menstimulus seseorang merubah keadaan yang sedang di alaminya sa...