MAKALAH
INITIATION SOLUTIONS
DIAJUKAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
KONSELING
INDIVIDUAL
Dosen
Pengampu : Naeila Rifatil Muna, S.Psi. M.Pd.I
![]() |
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK V BKI-A/IV
1. Ihan
Roihanah.
2. Intan
Sholihat.
3. Siti
Rahma.
4. Sheila
Salsabila Hasanah.
5. Teguh
Fadhilah.
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.
Menurut Brammer
dan Shostrom (1982:99) proses konseling dan psikoterapi melalui beberapa
tahapan yaitu
:
1. Tahap 1: Membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien.
2. Tahap 2: Membina hubungan.
3. Tahap 3: Menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi berbagai alternatif yang ada
4. Tahap 4: Bekerja dengan masalah dan tujuan.
5. Tahap 5: Membangkitkan kesadaran klien untuk berubah.
6. Tahap 6: Perencanaan kegiatan atau tindakan.
7. Tahap 7: Evaluasi hasil dan mengakhiri konseling.
1. Tahap 1: Membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien.
2. Tahap 2: Membina hubungan.
3. Tahap 3: Menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi berbagai alternatif yang ada
4. Tahap 4: Bekerja dengan masalah dan tujuan.
5. Tahap 5: Membangkitkan kesadaran klien untuk berubah.
6. Tahap 6: Perencanaan kegiatan atau tindakan.
7. Tahap 7: Evaluasi hasil dan mengakhiri konseling.
Sedangkan
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai. Menetapkan tujuan konseling
dan menjelajahi berbagai alternative yang ada, dan bekerja dengan masalah dan
tujuan. Kegiatan ini dinamakan Initiation Solutions, atau dalam bahasa
Indonesia disebut dengan Inisiasi Solusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
INITIATION SOLUTIONS.
Di dalam bahasa Inggris, Inisiasi berasal dari kata initiate, yang berarti memulai suatu kegiatan Inisiasi adalah sebuah
perayaan ritus yang menjadi tanda masuk atau diterimanya seseorang di dalam
sebuah kelompok atau masyarakat Inisiasi juga menjadi
sebuah tanda formal diterima menjadi dewasa di dalam sebuah komunitas.
Sedangkan arti kata solusi, penyelesaian;
pemecahan (masalah dsb); jalan keluar.
B. LANGKAH-LANGKAH
INITIATION SOLUTIONS.
I. PEMBERIAN INISIASI DALAM
MEMFASILITASI TINDAKAN KONSELI
Penginisiasian merupakan tahap kulminasi dari pemberian bantuan. Pemberian inisiasi menekankan pada memfasilitasi usaha konseli untuk bertindak dalam mencapai tujuannya. Dengan kata lain, tindakan konseli untuk mengubah atau memperoleh keberfungsian mereka. Tindakan ini didasarkan atas pemahaman mereka yang telah terpersonalisasi terhadap tujuan mereka. Hal ini difasilitasi dari inisiatif dari konselor.
Proses inisiasi (penginisiasian) mencakup penetapan tujuan, pengembangan program, perancangan jadwal serta reinforcement dan mengindividualisasian langkah-langkah.
Penginisiasian merupakan tahap kulminasi dari pemberian bantuan. Pemberian inisiasi menekankan pada memfasilitasi usaha konseli untuk bertindak dalam mencapai tujuannya. Dengan kata lain, tindakan konseli untuk mengubah atau memperoleh keberfungsian mereka. Tindakan ini didasarkan atas pemahaman mereka yang telah terpersonalisasi terhadap tujuan mereka. Hal ini difasilitasi dari inisiatif dari konselor.
Proses inisiasi (penginisiasian) mencakup penetapan tujuan, pengembangan program, perancangan jadwal serta reinforcement dan mengindividualisasian langkah-langkah.
II. KONDISI INTI DALAM PENGAMBILAN TINDAKAN
Konselor secara
terus menerus menekankan pada pemberian respon secara efektif. Setelah menjadi
tambahan dalam pemberian pemahaman terhadap tujuan, konselor kembali lagi pada
tingkatan yang sesuai dalam responding. Begitu pula dengan konselor yang
menekankan pada pengindividualisasikan langkah-langkah dalam pencapaian tujuan.
Dalam prakteknya, hal ini berarti bahwa konselor selalu melakukan pemeriksaan
kembali terhadap konseli dalam pengembangan dan pelaksanaan program-progam.
Konselor perlu mengkomunikasikan penghargaan yang kondisional bagi konseli. Konselor memiliki gambaran yang jelas tentang kelebihan dan kelemahan konseli, serta meneguhkan mereka dengan tujuan untuk membantu mereka mengembangkan dan melaksanakan program-program secara efektif. Keseluruhan dalam hal ini dikondisikan dalam prilaku yang sangat murni (genuine). Karena baik konselor maupun konseli saling mengetahui dengan baik satu sama lain, maka mereka dapat berhubungan dengan bebas dan terbuka sesuka hati mereka.
Konselor perlu mengkomunikasikan penghargaan yang kondisional bagi konseli. Konselor memiliki gambaran yang jelas tentang kelebihan dan kelemahan konseli, serta meneguhkan mereka dengan tujuan untuk membantu mereka mengembangkan dan melaksanakan program-program secara efektif. Keseluruhan dalam hal ini dikondisikan dalam prilaku yang sangat murni (genuine). Karena baik konselor maupun konseli saling mengetahui dengan baik satu sama lain, maka mereka dapat berhubungan dengan bebas dan terbuka sesuka hati mereka.
III.PERSONALISASI TUJUAN
a.Penetapan tujuan
Tugas yang paling kritis dalam penginisiasian adalah penetapan tujuan. Jika tujuan dan operasionalnya telah ditetapkan, maka arah pemberian bantuan menjadi jelas. Dalam menetapkan tujuan, digunakan pula 5 kata tanya dasar dengan cara yang kreatif (What, Who, Why, When, Where, How). 5 WH tersebut digambarkan dalam lingkup pengoperasian tujuan yang unsure-unsurnya terdiri atas: komponen, fungsi, proses, kondisi dan standar. Pengoperasian ini akan menekankan seluruh unsure yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Tugas yang paling kritis dalam penginisiasian adalah penetapan tujuan. Jika tujuan dan operasionalnya telah ditetapkan, maka arah pemberian bantuan menjadi jelas. Dalam menetapkan tujuan, digunakan pula 5 kata tanya dasar dengan cara yang kreatif (What, Who, Why, When, Where, How). 5 WH tersebut digambarkan dalam lingkup pengoperasian tujuan yang unsure-unsurnya terdiri atas: komponen, fungsi, proses, kondisi dan standar. Pengoperasian ini akan menekankan seluruh unsure yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Penetapan komponen-komponen
Unsur pertama dari tujuan adalah komponen. Komponen menggambarkan siapa (Who) dan apa saja (What) yang terlibat dalam suatu tujuan.
Unsur pertama dari tujuan adalah komponen. Komponen menggambarkan siapa (Who) dan apa saja (What) yang terlibat dalam suatu tujuan.
c.Penetapan fungsi-fungsi
Unsur kedua dalam penetapan tujuan adalah fungsi. Fungsi menggambarkan apa yang dilakukan seseorang atau sesuatu. Fungsi adalah kata kerja operasional yang menggambarkan suatu aktifitas.
d.Penetapan proses-proses
Unsur ketiga dalam penetapan tujuan adalah proses. Proses dideskrifsikan sebagai alasan (Why) dan metode (How) bagi komponen-komponen untuk mengerjakan tugasnya.
Unsur ketiga dalam penetapan tujuan adalah proses. Proses dideskrifsikan sebagai alasan (Why) dan metode (How) bagi komponen-komponen untuk mengerjakan tugasnya.
e. Penetapan kondisi-kondisi
Unsur keempat dalam penetapan tujuan adalah kondisi. Kondisi menggambarkan dimana (Where) dan kapan (When) fungsi-fungsi terjadi. Kondisi juga merupakan kalimat keterangan yang mendeskripsikan fungsi.
Unsur keempat dalam penetapan tujuan adalah kondisi. Kondisi menggambarkan dimana (Where) dan kapan (When) fungsi-fungsi terjadi. Kondisi juga merupakan kalimat keterangan yang mendeskripsikan fungsi.
f. Penetapan standar-standar
Unsur kelima dalam penetapan tujuan adalah standar. Standar menggambarkan sebaik apa fungsi ditampilkan. Standar juga merupakan frase keterangan yang mendeskripsikan fungsi-fungsi. Keterampilan konseli dalam belajar mungkin akan mensyaratkan kemampuan untuk mengeksplorasi, memahami dan mengambil tindakan atas tiap keterampilan untuk dipelajari. Ketrampilan konseli dalam bekerja mungkin mensyaratkan kemapuan untuk menangani masalah atau membuat keputusan secara terencana. Hal ini penting untuk menjadi sangat spesifik dalam menentukan criteria keefektifan. Jika tidak, konseli tidak akan tahu dimana saat-saat mereka telah mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Sedangkan dalam buku Bimbingan dan
Konseling, karangan Dr. Achmad Juntika Nurihsan. Konseptualisasi (Perumusan)
masalah ini, berupa :
1,
Mengenal kebutuhan klien.
2.
Memahami kebutuhan klien.
3.
Memenuhi kebutuhan klien.
Jourard mengonseptualisasikan
kebutuhan ini dengan cara yang berguna untuk konseling, yaitu kebutuhan untuk
kelangsungan hidup, kebutuhan fisik, kebutuhan cinta dan seks, kebutuhan
status, sukses, dan harga diri,
kebutuhan kesehatan mental dan fisik, kebutuhan bebas, kebutuhan
menantang, serta kebutuhan kejelasan kognitif.
Konselor
perlu memahami dunia klien sebagai orang yang :
1.
Secara
terus menerus merasakan kebutuhan-kebutuhan.
2.
Tidak
selamanya mengenal kebutuhan.
3.
Mencari
bantuan konselor.
Sedangkan dalam hal tujuan, proses konseling melibatkan dua
jenis tujuan, yaitu proses dan tujuan akhir. Tujuan itu dikaitkan dengan
menciptakan suasana-suasana yang penting untuk perubahan klien, seperti
menciptakan hubungan baik.
Tujuan hasil dibedakan untuk setiap klien. Tujuan-tujuan
hasil itu secara langsung dikaitkan dengan perubahan klien sebagai hasil
konseling. Ada tiga tujuan akhir :
1.
Perilaku
yang diubah.
2.
Kondisi
yang mendasari perubahan.
3.
Tingkat
atau jumlah perubahan.
IV.MENGOPERASIONALKAN TUJUAN
Melalui pemberian deskripsi operasional terhadap tujuan, konseli akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuannya. Hal ini mendorong konseli untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program demi pencapaian tujuan mereka.
Melalui pemberian deskripsi operasional terhadap tujuan, konseli akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuannya. Hal ini mendorong konseli untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program demi pencapaian tujuan mereka.
V.MENGKOMUNIKASIKAN TUJUAN OPERASIONAL
Tujuan operasional dikomunikasikan pada konseli dengan cara menekankan pada ketentuan-ketentuan yang dapat diamati dan diukur. Ketentuan-ketentuan ini mengacu pada standar performansi. Biasanya hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan tujuan dalam hubungannya dengan lama waktu yang digunakan konseli dalam melakukan suatu perilaku.
Tujuan operasional dikomunikasikan pada konseli dengan cara menekankan pada ketentuan-ketentuan yang dapat diamati dan diukur. Ketentuan-ketentuan ini mengacu pada standar performansi. Biasanya hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan tujuan dalam hubungannya dengan lama waktu yang digunakan konseli dalam melakukan suatu perilaku.
VI.PENETAPAN TUJUAN
a.Pengembangan program
Jelas tidak cukup kalau kita hanya menetapkan tujuan saja. Untuk mencapai tujuan, kita perlu mengembangkan program. Program merupakan prosedur langkah-demi-langkah yang mempermudah pencapaian tujuan. Dalam pemberian penjelasan tentang tujuan, program diperoleh dari pengoperasian. Setiap langkah dalam program harus membawa pada penyelesaian operasi-operasi yang terlibat dalam suatu tujuan.
tujuan. Tujuan adalah yang ingin dan perlu dicapai konseli. Langkah pertama merupakan langkah yang mendasar dimata konseli memulai untuk melangkah.
a.Pengembangan program
Jelas tidak cukup kalau kita hanya menetapkan tujuan saja. Untuk mencapai tujuan, kita perlu mengembangkan program. Program merupakan prosedur langkah-demi-langkah yang mempermudah pencapaian tujuan. Dalam pemberian penjelasan tentang tujuan, program diperoleh dari pengoperasian. Setiap langkah dalam program harus membawa pada penyelesaian operasi-operasi yang terlibat dalam suatu tujuan.
tujuan. Tujuan adalah yang ingin dan perlu dicapai konseli. Langkah pertama merupakan langkah yang mendasar dimata konseli memulai untuk melangkah.
b. Pengembangan langkah awal
Langkah pertama adalah langkah paling dasar yang harus diambil konseli
Langkah pertama adalah langkah paling dasar yang harus diambil konseli
c. Pengembangan langkah perantara
Langkah perantara yang pertama dapat diperkirakan berada pada setengah jalan antara langkah pertama dengan tujuan.
Langkah perantara yang pertama dapat diperkirakan berada pada setengah jalan antara langkah pertama dengan tujuan.
VII.
PENGEMBANGAN PROGRAM
a.Pengembangan jadwal
Proses penginisiasian berlanjut seiring konselor mengembangkan penjadwalan waktu untuk pencapaian langkah dan tujuan. Jadwal disajikan untuk memfokuskan program yang akan dilakukan. Dengan adanya jadwal, jurang waktu yang mungkin ditinggalkan oleh perhitungan waktu akhir-terbuka(open ended time) akan lebih rapat.
Penekanan utama dalam proses penjadwalan adalah pada pengembangan waktu mulai dan waktu selesai. Hal tersebut menjelaskan pada konseli dan konselor kapan suatu hal harus dilakukan atau diselesaikan.
a.Pengembangan jadwal
Proses penginisiasian berlanjut seiring konselor mengembangkan penjadwalan waktu untuk pencapaian langkah dan tujuan. Jadwal disajikan untuk memfokuskan program yang akan dilakukan. Dengan adanya jadwal, jurang waktu yang mungkin ditinggalkan oleh perhitungan waktu akhir-terbuka(open ended time) akan lebih rapat.
Penekanan utama dalam proses penjadwalan adalah pada pengembangan waktu mulai dan waktu selesai. Hal tersebut menjelaskan pada konseli dan konselor kapan suatu hal harus dilakukan atau diselesaikan.
b. Menetapkan waktu penyelesaian
Langkah pertama yang diambil dalam pengembangan jadwal adalah menentapkan secara khusus kelengkapan waktu dan tanggal.
Langkah pertama yang diambil dalam pengembangan jadwal adalah menentapkan secara khusus kelengkapan waktu dan tanggal.
c. Menetapkan waktu pemulaian
Langkah kedua dalam pengembangan jadwal adalah menetapkan waktu dan tanggal pemulaian secara spesifik.
d. Mengawasi ketetapan waktu
Konselor dapat menetapkan waktu mulai dan selesai bagi tiap langkah sementara.. Jadwal yang detail membuat konselor dan konseli dapat mengawasi pelaksanaan langkah-langkah dalam pencapaian tujuan.
VIII. PENGEMBANGAN JADWAL
a.Pengembangan peneguhan
Langkah selanjutnya dalam penginisiasian adalah pengembangan peneguhan yang akan mendorong konseli untuk mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan. Peneguhan menjadi sangat efektif saat diaplikasikan dengan sesegera mungkin terhadap pelaksanaan langkah-langkah yang diambil. Empati merupakan sumber dari seluruh pengetahuan tentang peneguhan yang kuat bagi konseli.
a.Pengembangan peneguhan
Langkah selanjutnya dalam penginisiasian adalah pengembangan peneguhan yang akan mendorong konseli untuk mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan. Peneguhan menjadi sangat efektif saat diaplikasikan dengan sesegera mungkin terhadap pelaksanaan langkah-langkah yang diambil. Empati merupakan sumber dari seluruh pengetahuan tentang peneguhan yang kuat bagi konseli.
Ada dua jenis peneguhan
1.Peneguhan positif
Peneguhan positif atau melalui reward adalah jenis peneguhan yang paling potensial. Orang cenderung dapat bekerja keras demi sesuatu yang benar-benar berarti baginya.
1.Peneguhan positif
Peneguhan positif atau melalui reward adalah jenis peneguhan yang paling potensial. Orang cenderung dapat bekerja keras demi sesuatu yang benar-benar berarti baginya.
2.Peneguhan negative
Sebisa mungkin konselor harus mencegah peneguhan negatif. Dalam konteks ini penerapan atas peneguhan negatif dapat menstimulasi reaksi lainnya, misalnya reaksi penolakan terhadap orang yang memberikan hukuman. Untuk mencegah agar tidak berhadapan dengan reaksi semacam ini, konselor harus berusaha untuk menetapkan peneguhan negatif tersebut sebagai ketiadaan reward.
Konselor perlu untuk meneguhkan konseli secara positif dan membuat perilaku konseli menjadi terarah pada tujuan, serta mencegah perilaku tidak bertujuan dan peneguhan negatif pada konseli.
Daftar Pustaka
1. Nurihsan,
Juntika Achmad.2011.Bimbingan dan
Konseling.Bandung : Refika Aditama.
2. http//bkpemula.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar